Selasa, 31 Maret 2009

Bersiaplah......!

Manusia punya keinginan, tapi Tuhan lah yang menentukan. Antara membuat rencana, berusaha sekuat tenaga dengan ketetapan/takdir Tuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Dalam kehidupan nyata kita pernah atau bahkan sering mengalami kejadian yang tidak kita duga sebelumnya. Tak ada seorangpun yang dapat memastikan apa yang akan terjadi di masa nanti: esok, lusa, minggu depan, dan tahun depan.

Bisa saja kita terjebak macet di perjalanan gara-gara ada kendaraan yang terguling dan menghalangi jalan, misalnya. Padahal kita telah berangkat lebih awal dan berusaha melewati jalur alternatif karena ingin tiba di tempat tujuan tepat waktu.

Bisa saja karyawan kita dikantor tidak masuk kerja karena sakit mendadak dan harus dirawat dirumah sakit. Padahal ia harus menyelesaikan laporan keuangan perusahaan yang sudah tengat waktu.

Bisa saja pertemuan bisnis dengan seseorang yang telah disusun jauh-jauh hari harus dibatalkan mendadak karena sang mitra bisnis kita ada urusan yang lebih penting dan mendesak sehingga jadwal pertemuannya terpaksan diundur. Bisa saja bisnis kita merugi bahkan terpaksa harus gulung tikar akibat dilanda badai krisis ekonomi global yang tidak kita perkirakan sebelumnya. Atau bisa saja bencana alam - banjir, longsor, gempa bumi, angin puting beliung, ataupun tsunami, menimpa kita tanpa ada tanda-tanda.

Dan ...... boleh jadi kita pun tidak bisa menatap sinar mentari esok pagi, bercanda dengan anak dan istri tercinta, bersua dengan rekan kerja dan kawan lama. Tidak ada yang pernah tahu, bukan?

Jadi, bersiaplah menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Waspadalah atas segala kemungkinan yang ada. Sediakan payung sebelum hujan tiba. Buatlah selalu rencana alternatif. Persiapkan sikap mental kita apabila hal terburuk menimpa.

Mengomel, mengeluh hanya membuat pikiran kita makin tertekan. Mencari kambing hitam sama sekali tiada berguna. Menyesali diri pun bukanlah sebuah solusi.

Minggu, 29 Maret 2009

Suka-Duka Calon Anggota Dewan

Tanggal 9 April 2009 tinggal menghitung hari. Bagi para calon anggota dewan, itulah saat-saat yang paling dinanti. Penuh harap, cemas dan mendebarkan. Boleh jadi, detak jantung kian kencang. Aliran darah pun makin deras. Akankah pengorbanannya tidak sia-sia? Akankah asa menjadi kenyataan? Ataukah kepedihan yang akan dirasakan?

Di hari penentuan itu, kita akan menyaksikan babak akhir sebuah drama kehidupan di panggung politik bangsa ini. Drama kehidupan bertemakan pertarungan memperebutkan kursi empuk sebagai anggota dewan.

Di hari penentuan itu, diantara mereka ada yang bahagia, tertawa, bersuka cita seolah dunia ini hanya milik mereka. Penuh keriangan, diselingi tawa canda. Perjuangan dan pengorbanannya; tenaga, pikiran, dan termasuk harta bendanya, tidak sia-sia. The dream comes true, pikirnya. Walaupun tentu saja, setelah menjadi anggota dewan, mereka tidak boleh tinggal diam dan hanya duduk-duduk nyaman di kursi kehormatan, karena bangsa ini akan mengenang janji-janji manis yang pernah mereka berikan, nyanyian indah tentang perubahan yang pernah mereka dendangkan.

Sebaliknya, di sudut panggung yang lain, kita akan menyaksikan, tidak sedikit diantara sang calon anggota dewan yang tampak muram, tatapan matanya sayu, rona wajahnya tak secerah biasanya, suaranya pun tak selantang saat mereka berpidato di atas panggung.

Di hari itu, mereka hanya diam, termanggu. Tiba-tiba kakinya merasa lemas seolah tak mampu menopang berat badannya lagi. Perasaan sedih, kecewa berkecamuk dalam dada mereka. Perjuangan belum berbuah manis. Padahal, boleh jadi puluhan bahkan ratusan juta telah dihabiskan untuk biaya kampanyenya; membuat poster, baligho, flyer, spanduk, dana operasional tim suksesnya, dan bahkan untuk memberikan uang kadeudeuh, salam perkenalan, sumbangan sosial kepada calon pemilihnya. Celakanya, tidak sedikit diantara mereka yang 'memaksakan diri'. Bahkan katanya ada yang terpaksa harus menggadaikan sawah ladangya demi untuk mewujudkan ambisinya menjadi seorang wakil rakyat.

Bagi mereka yang berjiwa besar dan juga berkantong tebal, akan menyadari bahwa inilah resiko kompetisi yang harus dihadapi oleh siapa saja - ada yang menang dan ada yang kalah. Mereka berkeyakinan kesempatan untuk meraih kemenangan masih ada di masa yang akan datang. Namun, bagi mereka yang berjiwa lemah, boleh jadi kekalahan akan terasa begitu menyakitkan dan memalukan. Dunia seolah kiamat.

Semoga pasca pemilu ini tidak bertambah banyak orang-orang yang depresi, dan sakit jiwa seperti halnya kasus calon bupati yang menjadi gila karena ia gagal menjadi pemenang!!!.

Serba-serbi Pesta Demokrasi

Jadwal kampanye terbuka masih tersisa. Arakan-arakan para simpatisan partai masih memenuhi ruas-ruas jalan. Lapangan terbuka di tengah kotaku pun penuh sesak dengan para simpatisan partai. Yel-yel penuh semangat dan kemenangan masih mereka teriakan dengan lantang. Janji-janji manis pun dari para calon anggota dewan masih dapat kita dengarkan.

Dalam diam aku bertanya .............

Masih perlukah penyampaian program-program dan janji-janji itu disampaikan dengan kampanye terbuka, dan arak-arakan dijalan yang makin menambah kemacetan dan ketidaknyamanan para pengguna jalan, bahkan tidak sedikit menimbulkan rasa ketakutan?

Ataukah kampanye terbuka itu memang harus dilakukan sebagai sarana untuk unjuk kekuatan dan kebesaran sebuah partai?

Entahlah.......

Aku hanya bisa merenung ......

Mungkin saja, kampanye terbuka, bertemu masa pendukung dan simpatisan, dan menyampaikan pidato politik kepada mereka secara langsung masih tidak dapat dielakan dalam sebuah ajang pesta demokrasi di negeri ini.

Hanya saja, adakah cara yang lebih elegan daripada hanya sekedar kumpul-kumpul di lapangan, sambil bergoyang dalam iringan dendang lagu-lagu dangdut? Karena bukankah orasi para orator hampir tidak pernah mereka dengarkan?.

Arak-arakan di jalan apalagi dengan membawa anak-anak, serta dengan mengabaikan peraturan bukanlah suatu cara menarik simpati yang elegan. Bahkan, boleh jadi itu akan menerima cibiran. Bukankah masih banyak cara lain untuk meyakinkah bahwa calon mereka pantas pergi ke senayan, partai mereka pantas menjadi pilihan?

Saya dan mungkin saja ratusan, ribuan dan jutaan calon pemilih lainnya di negeri ini sepaham/sependapat bahwa kampanye tertutup yang bersifat dialogis dengan jumlah massa terbatas, merupakan cara dan metoda kampanye yang harus menjadi pilihan dan mendapat perhatian lebih besar. Ke depan, porsi kampanye terbuka sebaiknya dapat dikurangi.

Ah ..................

Masa-masa kampanye terbuka masih akan terus ada di negeri ini. Pemilihan presiden, gubernur, walikota, bupati masih akan terus menghiasi perjalanan bangsa ini ke depan.

So..., perasaan kesal, jengkel, dan kecewa karena jalanan makin macet dan perjalanan kita terganggu, haruslah kita terima dengan lapang dada, jiwa besar, penuh kesabaran karena itulah realita bukan hanya cerita.

Sampai jumpa lagi.
zzz...zzz....zzz....zzz....zzz....zzz.

Jumat, 27 Maret 2009

Bencana Situ Gintung

Di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi yang di gelar di negeri ini. Di tengah suara lantang para calon anggota dewan yang mengobral harapan dan impian, dipanggung-panggung kehormatan. Di tengah para simpatisan yang tampak riang sambil meneriakan yel-yel  penuh semangat kemenangan. 

Saudara-saudara kita di Tangerang sana saat ini tengah meradang. Bencana alam yang telah menimpa meninggalkan duka lara. Isak tangis anak-anak dan orang tua terasa begitu memilukan. 

Dini hari itu, Jumat, 27 Maret 2009.  Tak pernah ada yang mengira kala jutaan meter kubik air Situ Gintung menerjang garang perkampungan mereka. Situ yang selama ini sebagai objek wisata jebol tanpa ada tanda-tanda. Ratusan rumah porak poranda berikut harta benda yang seolah tak tersisa. Ratusan orang terluka. Puluhan nyawa melayang. Anak-anak kehilangan orang tua, orang tua kehilangan anak-anak mereka. 

Bencana itu datang lagi!  Dan kembali, bangsa ini harus berduka!.

Inikah ujian bagi bangsa yang tengah merajut asa yang pernah hilang. Ataukah ini pertanda murka dari Sang Maha Kuasa?

Ya Allah!  

Mereka sedang berduka, dan hanya Engkaulah yang dapat menjadi pelipur laranya.  Jiwa-jiwa mereka sedang lemah, dan hanya Engkaulah yang dapat meneguhkannya. Kehidupan mereka sedang sempit, dan hanya Engkaulah yang dapat melapangkannya. 

Kamis, 26 Maret 2009

Tips Anak Gemar Membaca

Bagi sebagian orang tua, apalagi yang memiliki keterbatasan waktu berinteraksi dengan sang anak, seringkali menghadapi masalah dalam hal membiasakan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Padahal melatih kegemaran membaca sejak dini memberi dampak positif terhadap sikap dan perilaku anak dikemudian hari.

Mengapa gemar membaca perlu dilatih kepada sang anak sejak dini? Karena dengan membiasakan sang anak gemar membaca, entah itu buku cerita, atau buku pelajaran sekolah, akan menumbuhkan sikap positif, semangat dan gairah belajar mandiri, tanpa harus disuruh atau diawasi oleh orang tua.

Berikut ini tips yang sekiranya dapat diterapkan agar anak-anak kita memeliki kegemaran membaca.

Berilah Contoh

Sudah ditakdirkan bahwa setiap anak memiliki naluri untuk selalu meniru sikap, perilaku, tindakan dan kebiasaan orang tuanya atau orang-orang yang terdekat dengan dirinya. Sang anak akan lebih banyak serta lebih cepat dan mudah belajar dari contoh bukan dari kata-kata. Untuk itu, memberi contoh merupakan metoda pengajaran yang paling efektif.

Sangatlah sulit membayangkan atau bahkan mustahil sang anak memiliki hobi membaca apabila sang anak tersebut lebih sering melihat orang tua, kakak, dan orang terdekat dengan dirinya menghabiskan waktu dirumahnya hanya untuk menonton film, sinetron di layar kaca. Bahkan tidak pernah melihat para orang tuanya membaca sebuah bukupun.

Jangan lupa, menyuruh, menyarankan, dan membujuk sang anak dengan kata-kata saja tidaklah cukup. Berilah contoh nyata!

Luangkan Waktu ke Toko Buku

Objek wisata, atau tempat menarik lainnya merupakan pilihan utama berlibur keluarga bagi kebanyakan orang tua. Namun demikian, ada baiknya, meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak pergi ke toko buku. Pada mulanya boleh jadi sang anak ogah-ogahan, karena mereka lebih suka pergi ke tempat jajanan atau bermain game. Biarkanlah sang anak memilih buku kesukaanya, selama bukunya sesuai untuk seusianya. Tanda kita sadari kebiasaan pergi ke toko buku akan membentuk kebiasaan sang anak untuk mencitai buku.

Temani Mereka Saat Membaca

Dalam suasana santai, mintalah sang anak menceritakan kembali isi buku yang dibacanya. Hal ini penting karena dapat merangsang si anak untuk lebih memahami isi bacaannya. Selain itu, luangkan waktu untuk menemani sang anak saat membaca buku. Jangan pernah mengacuhkan apabila sang anak menanyakan istilah atau kata yang belum dimengertinya. Berilah jawaban dan pengertian. Maka sang anak pasti akan senang, karena Anda memperhatikan mereka.

Hadiah Buku Untuk Moment Special

Pada moment special, entah itu hari ulang tahun, kenaikan kelas, atau momen lainnya, cobalah sekali-kali ganti hadiah yang biasa Anda berikan kepada mereka dengan buku bacaan - buku cerita atau buku lainnya yang bermanfaat. Hal ini penting untuk memberikan kesadaran kepada sang anak bahwa buku merupakan benda yang berharga, tidak kalah berharganya dengan jenis hadiah lainnya.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat melatih anak-anak kita menjadi generasi yang gemar membaca.

Selasa, 24 Maret 2009

Jangan Remehkan Hal Sepele

Ada sebuah pengalaman aku yang cukup menggelikan, kalau tidak dibilang memalukan. Ceritanya begini:

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 16 Maret 2009, aku membeli sebuah fasilitas modem hp CDMA, SMART. Aku membelinya karena alat tersebut dapat aku gunakan untuk melakukan koneksi di mana saja. Lebih mobile kira-kira begitulah.

Hari Pertama: Singkat cerita, si SMART itu aku langsung instal pada laptopku. Sebelumnya, aku tidak mengira akan menemui kesulitan. Eh..... ternyata setelah di install beberapa kali, ngak bisa nyambung. Dicoba lagi ... ngak bisa. Dicoba lagi .... ngak bisa juga. Dan dicoba lagi ... masih juga ngak bisa. Saking bosannya, terpaksa aku minta bantuan teman-teman sekantor. Denan susah payah akhirnya berhasil. Legalah rasanya hatiku. Rasa cemasku pun sedikit demi sedikit menghilang.

Hari Kedua: Malam hari aku kembali mencoba lagi fasilitas baruku itu. Ternyata ........ apa yang aku takutkan sebelumnya terjadi lagi. Si SMART itu kembali ngadat dan bikin aku kesal. Padahal, aku ingin sekali mengisi tulisan di blog kesayanganku. Dengan sisa kesabaranku, aku mencoba melakukan instal ulang, barangkali saja dewi fortuna lagi berbaik hati. Tapi, ....... hingga tengah malam, usahaku hanya sia-sia. Dengan perasaan jengkel, kumatikan saja komputerku. Jam begadangku malam itu aku alihkan ke acara sepak bola.

Hari Ketiga, Keempat, dan Kelima: Adalah hari-hari yang makin membuat aku kecewa dan kesal. Pasalnya, dengan penuh harap, si SMART itu akan berbaik hati saat aku bawa pergi ke luar kota selama tiga hari. Aku pikir, kalau fasilitas itu berfungsi aku bisa menggunakannya di perjalanan. Lumayan, biar ngak suntuk. Namun, kenyataannya sama saja. Si SMART itu masih saja ngadat.

Hari Keenam: Mumpung masih garansi, aku pergi ke Customer Service. Pikirku kalau memang alatnya rusak, kan bisa diganti dengan yang baru. Anehnya, setalah dicoba oleh CS-nya, ternyata bisa berfungsi normal. Dan hanya butuh waktu tidak lebih dari sepuluh menit saja! Dan di sana aku baru tahu bahwa ada KESALAHAN KECIL yang aku lakukan yang membuat alat itu tidak berfungsi. Apa? Hal sepele saja. Pertama, aku sering mengunta-ganti posisi port USB. Kedua, aku tidak pernah melakukan 'disconnect' dulu, melainkan langsung aku cabut itu yang namanya kabel USB-nya. He.. he...he... malu khan?

Hari Ketujuh: Setelah hari itu, aku dapat menggunakan si SMART-ku itu cukup memuaskan, hampir tanpa kendala selain kecepatannya yang agak 'boyot' daripada SPEEDY. Dan akupun dapat tetap menulis untuk blog kesayanganku, termasuk salah satunya tulisanku ini.

Dan satu hal yang lebih penting lagi adalah aku dapat mengambil hikmah dari kesalahan yang pernah aku lakukan. Bahwa kita jangan menyepelekan hal-hal kecil, karena seringkali masalah besar timbul berawal dari masalah sepele.


Senin, 23 Maret 2009

Do It NOW!

"Memulai adalah bagian terpenting dalam meraih sukses"
_ Plato _


Menjelang senja, kira-kira sepuluh hari yang lalu, aku nongkrong di meja kerja seorang teman yang sedang asyik mengutak-atik blog miliknya.

Entah mengapa, tiba-tiba saja terlintas dalam benakku keinginan memiliki blog di mana aku dapat menuliskan ide, pikiran, gagasan, perenungan, yang bebas dari subjektivitas dan penilaian orang lain. Angap saja tempat curhat, catatan harian, atau kalau perlu tempat berbagi dengan teman.... gitu lho.

Walau aku bukan orang yang mahir mengutak-atik komputer, dan hanya bermodalkan beberapa tips cara membuat blog dari sang teman, besoknya aku mencobanya. So, jadilah blog-ku ini walau tidak sebaik milik sang temanku itu.

Di saat senggang aku selalu menyempatkan diri untuk menulis apa pun yang dapat aku tulis, mencurahkan apapun yang sedang aku pikirkan. Tentu saja tidak lupa mengutak-atik fitur blog di sana-sini biar blog-ku tampil lebih keren. Walaupun hasilnya belum memuaskan aku tetap bangga karena telah memiliki apa yang aku inginkan.

Secuil pengalamanku tadi boleh jadi menjelaskan apa yang pernah seorang pilsof Yunani Kuno katakan. Benar adanya bahwa jika kita tidak pernah mau memulai maka kita tidak akan pernah meraih apapun yang kita inginkan. Tanpa mulai berbuat, maka impian hanyalah impian dan tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Hanya saja memang memulai sesuatu dalam hal apapun adalah yang paling sulit dan berat. Dan kita semua seringkali merasakan itu semua. Bagi seorang penulis seringkali kesulitan saat membuat kata atau kalimat pertamanya. Bagi seorang karyawan, selalu saja ada keinginan untuk menunda pekerjaan yang dapat diselesaikan lebih awal.

Hambatan untuk dapat melakukan pekerjaan dengan segera banyak bersumber dari dalam diri kita sendiri. Seringkali kita menunda ide, gagasan dalam karya nyata karena merasa belum cukup waktu, belum memiliki cukup pengetahuan, belum siap menanggung resiko dan sebagainya.

Dan, aku yakin sekali kalau waktu itu aku menundanya, karena harus belajar dulu sebanyak-banyaknya, dan dihantui perasaan takut blog aku dianggap kampungan dan cemas kalau-kalau isinya diledek orang, pastilah hari ini pun blog kesayangku ini belum jadi.

So, kalau Anda punya ide, gagasan KERJAKAN SEGERA, JANGAN DITUNDA. Seorang penyair besar, Maulana Jalaluddin Rummi pernah bertutur,

Waspadalah!
Jangan terus mengatakan 'esok'.
Banyak 'esok' telah berlalu.




Jadilah Dirimu Sendiri

Sahabatku! Walau wajahmu agak mirip dengan wajahku, tingkah lakumu mirip dengan tingkah lakuku, bahkan kebiasaanmu pun mirip kebiasanku - engkau tak akan pernah bisa menjelma menjadi diriku. Sejatinya, engkau adalah engkau dan aku adalah aku.

Sahabatku! Sejujurnya, boleh jadi, aku tidak lebih baik dari dirimu, dan bahkan dirimu boleh jadi tidak lebih jelek dari diriku. Perasaan cemburu, iri, dan ambisi untuk menjadi seperti diriku hanyalah bayangan gelap alam bawah sadarmu. Pada kenyataannya, kecemasanmu, kebimbanganmu tidaklah seburuk apa yang kau bayangkan.

Sahabatku! Sepatutnya engkau bangga pada dirimu sendiri. Mengapa engkau ingin tinggal di istana nan megah, padahal hutan belantara adalah tempat terindah dan syurga bagi dirimu. Mengapa engkau merindukan mahkota bertahtakan intan permata, padahal meski tanpa mahkota engkau tetaplah raja bagi dirimu dan keluargamu.

Sahabatku! Apa yang kau lihat oleh matamu, dan yang kau impikan dalam setiap tidur lelapmu belum tentu seindah apa yang kau bayangkan. Istana megah, mahkota bertahta permata, makanan yang menebar aroma, sanjungan yang penuh pesona terkadang menjadi sumber bencana dan nestapa bagi dirimu.

Sahabatku! Jadilah dirimu sendiri. Engkau tak perlu harus pandai berlari, karena kehebatanmu bergelantungan diantara pepohonan adalah anugrah terindah bagi dirimu. Engkau tak perlu berpakaian seperti diriku, karena ketelanjangan adalah identitas dirimu. Engkau tak perlu bersolek seperti diriku, karena bulu-bulumu yang gimbal itulah daya tarikmu.

Sahabatku! Berbanggalah menjadi dirimu. Jangan pernah bermimpi ingin seperti diriku. Karena sebaliknya banyak saudara-saudaraku yang telah berubah dan menjelma menjadi seperti dirimu.

Sahabatku! Salam hangat buat saudara-saudaramu di hutan belantara sana.

Minggu, 22 Maret 2009

Tips Bahagia di Tengah Krisis

Di tengah krisis yang tidak pernah berkesudahan, bagi sebagian kelompok masyarakat, urusan 'duit' menjadi biang gosip yang paling hangat diperbincangkan di tempat kerja, ataupun di warung kopi. Bahkan, hingar bingar pesta demokrasi pun bisa kalah karenanya.

Tak dapat dipungkiri, kenaikan harga-harga, turunnya daya beli, ketidakpastian masa depan, kian memberikan tekanan ekonomi, emosional dan sosial yang kian berat.

Berikut ini adalah tips yang kiranya dapat berguna dalam menghadapi masa-masa sulit, sehingga hidup kita tetap bahagia, dan pikiran kita tetap rileks.

Ikhlas Menerima Kenyataan

Kita harus menyadari bahwa roda kehidupan selalu berputar, kadang di atas, kadang di bawah. Ada saatnya hidup dalam kesenangan dan ada saatnya hidup dalam kesulitan. Ada saatnya hidup berkelimpahan, ada saatnya hidup berkekurangan. Seperti firman Allah, "Hari-hari itu kami pergilirkan diantara manusia". Mengeluh, menyesali diri, menyalahkan orang lain, sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah, malahan hanya akan menambahnya.

Tetaplah Optimis

Jangan pernah kehilangan asa. Tetaplah optimis karena setiap kesulitan pasti berakhir, badai pasti berlalu, gelap gulita malam berganti siang yang terang benderang. Jangan pernah kita dikalahkan oleh situasi yang tidak baik. Hadapilah setiap tantangan untuk melatih diri menjadi lebih kuat. Bukankah Allah telah memberi kabar gembira kepada kita, "Susungguhnya bersama kesusahan terdapat kemudahan".

Tetaplah Tersenyum

Tetaplah tersenyum karena ia adalah obat penawar duka lara yang paling mujarab. Tetaplah tersenyum karena dunia yang sumpek akan terasa lebih lapang, beban yang berat terasa lebih ringan, perjalanan panjang yang melelahkan akan terasa lebih menyenangkan, dan rintangan yang terjal menghadang akan terasa lebih mudah untuk dilalui. Tetaplah tersenyum karena ia adalah vitamin bagi jiwa yang sedang resah gelisah.

Berhematlah

Lakukan review atas anggaran belanja rumah tangga sehari-hari. Suatu yang jarang dilakukan manakala kondisi keuangan kita cukup, apalagi saat berlebih. Saat kondisi pemasukan uang yang terbatas, maka langkah yang bijaksana adalah melakukan pengendalian pada anggaran pengeluaran. Buatlah skala prioritas; mana yang penting, dan mana yang tidak penting. Pos anggaran yang tidak perlu dapat dikurangi, dialihkan, ditunda bahkan dapat dihilangkan. Karena boleh jadi defisit anggaran selama ini lebih banyak disebabkan karena faktor ketidakcermatan dalam pengelolaan anggaran. Dan boleh jadi anggaran tersebut hanya sekedar memenuhi keinginan dan bukan kebutuhan hidup kita.

Cari Penghasilan Tambahan

Manfaatkan waktu luang untuk memperoleh penghasilan tambahan. Merintis usaha sendiri, atau menekuni profesi baru yang dapat dijalankan paruh waktu, seperti membuka les/bimbel bahasa asing, menjadi penulis lepas di media cetak, atau membuka toko di garasi rumah, dan lain sebagainya. ***

Sabtu, 21 Maret 2009

Tips Mengatasi Rasa Bosan

Rutinitas dapat menjadi faktor timbulnya rasa bosan. Berangkat kerja pada jam yang sama, melewati route yang sama, bertemu dengan teman-teman yang sama, melakukan pekerjaan yang sama, yang apabila dilakukan terus menerus untuk waktu yang lama dapat menimbulkan rasa bosan dan kejenuhan.

Dalam batas yang tertentu adalah hal yang wajar. Namun apabila dibiarkan berlarut-larut, dan rasa jemu kian memuncak, ini dapat menimbulkan stress. Dampaknya jelas akan mengganggu produktivitas juga kebahagiaan hidup.

Berikut ini merupakan tips sederhana bagaimana mengatasi rasa jenuh yang sering kita hadapi:

1. Ciptakan Suasana Baru


Kalau mungkin lakukan perubahan tata letak ruang kerja Anda yang membuat Anda merasa lebih nyaman dan rileks. Kalau perlu tambahkan assesoris yang membuat Anda betah, misalnya photo putra/putri Anda, atau kucing kesayangan Anda.

2. Sempatkan Berlibur

Berlibur tidak selamanya identik dengan pengeluaran anggaran yang besar. Kalau kita cerdas dan cermat ada banyak cara berlibur dengan biaya murah. Dan, berlibur tidaklah harus pergi ke tempat wisata yang memerlukan biaya mahal. Yang penting adalah bagaimana Anda meluangkan waktu untuk pergi ke suatu tempat yang membuat pikiran sejenak terbebas dari beban pekerjaan. Pilih lokasi yang dekat rumah namun suasananya nyaman. Berlibur ke tempat yang jauh, dan melelahkan terkadang dapat menambah beban pikiran.

3. Menjalankan Hobbi

Luangkan waktu untuk menikmati hobbi Anda. Olah raga, membaca novel, menulis artikel, mengurus tanaman, atau hobbi apapun yang dapat membuat Anda senang dan bahagia karenanya.

4. Lakukan Aktivitas Baru

Pada waktu senggang cobalah melakukan pekerjaan yang tidak biasanya. Membaca buku cerita anak, membantu pekerjaan istri, belajar melukis, atau pekerjaan apapun yang dapat memberikan pengalaman baru kepada Anda. Dan apabila dilakukan dengan perasaan santai akan mengurangi beban pikiran sehingga pikiran kembali rileks.

5. Love it or Leave it

Namun yang paling penting adalah Anda harus berusaha untuk dapat mencintai pekerjaan Anda. Kalau Anda memang tidak tahan, dan benar-benar dihinggapi rasa bosan yang tidak dapat Anda atasi, Anda dapat mencari pekerjaan lain yang mungkin lebih sesuai. ***

Selasa, 17 Maret 2009

Jangan Putus Asa


Jangan pernah punya anggapan perjalanan hidup kita selalu mulus, bebas hambatan, sempurna, dan persis 100% seperti apa yang kita harapkan. Pada suatu ketika, kita bisa saja menghadapi masa-masa sulit, kejadian yang tidak menyenangkan, dan pengalaman pahit yang tidak kita inginkan.

Terkadang, rencana yang kita susun, kerja keras yang kita lakukan, tidak menghasilkan apapun, selain kegagalan. Bahkan, sematang apapun kita merencanakan, atau sebaik apapun kita melakukannya, kejadian yang tidak terduga dapat kita alami.

Banyak contoh, kejadian di sekitar kita yang dapat diambil pelajaran. Lihatlah, bagaimana seorang Valentino Rossi, sang legenda motor GP yang pernah terjatuh di lintasan balap. Atau, bagaimana seorang bintang lapangan hijau, Cristiano Ronaldo yang pernah gagal menjadi algojo di titik pinalti.

Inilah kehidupan. Selalu ada kejutan, kejadian yang tidak terduga. Dan pada saat mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, tidak perlu kita berlarut dalam kekecewaan, menyesali diri berlebihan, apalagi putus harapan.

Sebaliknya, kita harus dapat mengambil pelajaran dari kegagalan tersebut; lebih hati-hati dalam tindakan, lebih matang dalam perencanaan sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Jadikan setiap pengalaman pahit sebagai 'obat kuat' untuk bangkit, berdiri, dan kembali berlari.

Jangan putus asa, karena seorang nakhoda yang hebat adalah mereka yang pernah merasakan ganasnya gelombang samudra, bukan yang hanya diam di dermaga. *****








Syukuri Apa Yang Kita Miliki

"Ah, ... betapa bahagianya mereka.", demikian pikiran yang sering terlintas manakala melihat orang lain yang lebih kaya, lebih cantik, lebih terkenal, lebih terpandang. Dan angan-angan pun melayang, "Andai aku bisa seperti mereka."

Keinginan meraih karir, prestasi, popularitas, kekayaan yang lebih baik sangatlah positif, karena semua itu dapat memotivasi diri kita untuk berusaha lebih giat, dan bekerja lebih keras lagi.

Hanya saja, jangan sampai keinginan meraih kehidupan (karir, kekayaan, popularitas) yang lebih baik, menjadikan diri kita tidak mau menghargai dan mensyukuri apa yang telah kita capai atau yang telah kita miliki saat ini. Saat melihat orang lain lebih kaya, seolah-olah diri kita menjadi orang termiskin di dunia. Saat melihat orang lain lebih cantik, seolah-olah diri kita menjadi mahluk terjelek di jagat raya. Padahal, seringkali apa yang kita khawatirkan tidaklah seburuk apa yang kita bayangkan.

Dalam bukunya Bahagia Tanpa Jeda, Syekh Maulana Haeri memberikan nasihat bahwa semakin banyak keinginan yang kita miliki, maka semakin sulit kita memuaskan diri. Semakin sulit memuaskan diri, maka semakin sulit meraih kebahagiaan dalam hidup kita. Bukankah kebahagiaan yang kita cari bukan uang, jabatan atau popularitas?

So, jangan hiraukan meskipun rumput di halaman rumah tetangga tampak lebih hijau. Karena, hakekatnya kebahagiaan hidup bukan dari apa yang belum kita raih, melainkan dari sikap kita untuk mensyukuri apa yang telah kita dapatkan saat ini. *****

Saat Tak Bisa Memilih


Setiap orang pasti memiliki impian, cita-cita dan harapan terbaik dalam hidupnya; pendidikan, karir, bisnis, keuangan, pasangan hidup dan bidang lainnya. Namun apa dikata, terkadang dunia nyata bercerita lain. Adakalanya harapan dan kenyataan tak seiring sejalan. Impian tak pernah datang menjelma.

Kalau orang berkata HIDUP ADALAH PILIHAN, benar adanya. Hanya saja pada suatu ketika kita terkadang dihadapkan pada situasi dan kondisi di mana kita TAK DAPAT MENENTUKAN PILIHAN kita sendiri. Seseorang yang 'terpaksa' memilih universitas yang bukan impiannya. Seorang sarjana yang 'terpaksa' menerima pekerjaan yang dibayangkan sebelumnya. Atau seseorang yang 'terpaksa' menikahi pasangan yang bukan cinta pertamanya.

Lantas apa yang akan kita lakukan manakala menghadapi situasi seperti ini? Apakah kita hanya duduk termenung, menyesali diri, putus asa, dan berharap keajiban datang? Apakah kita akan terus menerus merindukan bulan dan bintang diangkasa sementara menyia-nyiakan bumi tempat kita berpijak? Ataukah kita akan terus menerus menanti hidangan istimewa sementara sepotong roti tawar dan segelas air telah terhidang sebagai penawar lapar dan dahaga?

Tentunya tidak perlu kita memboroskan waktu yang begitu berharga hanya untuk menghayalkan situasi yang berbeda, mengeluhkan. menyayangkan serta menyesali diri. Richad Carlson, PhD. dalam bukunya Don't Sweat Small Stuff mengingatkan bahwa cara begini selain kontra produktif juga dapat menyebabkan stress.

Sikap terbaik adalah kita harus realistis, menerima dengan lapang dada dan jiwa besar, tulus dan iklhas atas pilihan hidup yang tersedia. Karena boleh jadi pilihan itulah yang terbaik bagi kebahagiaan hidup kita. Bukankah Allah telah berfirman, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu".

Sukses dan bahagia selalu...!

Senin, 16 Maret 2009

Merajut Asa Yang Hilang

Pemilu legislatif tinggal menghitung hari. Sang para caleg pun terus beraksi. Beribu jurus untuk menarik simpati terus dicari. Obral janji pun ditebar ke sana-sini, termasuk slogan-slogan penuh mimpi. Benarkah mereka akan membawa angin perubahan? Atau, malah akan menambah runyam persoalan?

Bagi sebagian anak bangsa di negeri ini, yang sementara ini
termarjinalkan, pemilu ibarat setitik cahaya yang diharapkan dapat menerangi gelapnya lorong-lorong kehidupan mereka selama ini.

Tampilnya muka-muka baru, generasi-generasi pembaharu, semestinya dapat menjadi pemberi semangat bagi mereka untuk merajut kembali asa yang pernah hilang.

Wahai para calon wakil rakyat,
di pundak Anda nasib mereka titipkan, masa depan mereka pertaruhkan. Mereka amat mendambakan sembuhnya luka-luka lama yang makin menganga, borok-borok yang semakin akut, dan tali kehidupan yang kian rapuh.


Wahai sang para pengobral janji! Mampukah menyingkap topeng-topeng kepalsuan, tirai-tirai kebobrokan masa silam, untuk kembali merajut benang harapan menjadi lembaran cita kehidupan.

Semoga masih ada asa tersisa, seperti sang penyair Kahlil Gibran, "Kemarin hanyalah kenangan hari ini, dan hari esok adalah harapan". ***
 

© Created by Kang Rohman